Senin, 20 Februari 2012

Cerpen : Bunga dan Tari Topeng


BUNGA DAN TARI TOPENG
Senyum Bunga mekar ketika ibu Santi memasuki kelasnya. Ibu Santi adalah guru ekstrakurikuler seni tari tradisional. Sekolah Bunga ditunjuk untuk mewakili lomba seni tari tradisional di tingkat propinsi. Dan hari itu bu Santi akan mengumumkan nama-nama anak yang akan di kirim ke lomba tersebut.  Bunga suka sekali dengan tari tradisional, maka Bunga selalu berlatih dengan serius pada saat ekskul seni tari tradisional di sekolah. Bahkan hampir setiap hari Bungapun berlatih di rumah.  Bunga sangat berharap dapat terpilih.DFCCXC.bmp
Senyum Bunga semakin melebar ketika dengan lembut ibu Santi mulai menyebutkan nama-nama anak yang di pilih. Satu per satu nama di sebut dan di sambut dengan tepuk tangan dari teman-teman Bunga di kelasnya. Nama-nama itu adalah Rosa, Jenny, Dewi, dan Mutiara. Nama Bunga tidak juga di sebut oleh bu Santi sampai bu Santi meninggalkan kelas Bunga. Tubuh Bunga lunglai di atas kursinya, mulutnya tak dapat berkata-kata dan matanyapun mulai berkaca-kaca. Hati Bunga sedih dan kecewa sekali.
          Rumah Bunga hanya 2 kilometer dari sekolah, dan matahari tak begitu terik, tapi Bunga sudah kehilangan semangat. Bunga mengayuh sepedanya dengan sangat pelan. Sesekali Bunga berhenti dan mengusap air matanya, kemudian mengkayuh sepedanya dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Satu belokan lagi rumah Bunga yang bercat kuning gading dan di penuhi tanaman itu akan kelihatan. Bunga langsung masuk kamarnya, duduk di depan meja belajarnya, kemudian meraih cermin kecil dan memandangi  wajahnya, Bunga menangis lagi. “Kenapa aku tidak terpilih ?” desahnya.  Bunga mengucapkan kalimat itu berulang-ulang hingga ahkirnya Bungapun tertidur.
          Sudah dua hari Bunga tidak masuk sekolah, badannya deman, dan juga batuk pilek. Kata dokter Bunga terkena flu, jadi harus banyak istirahat. Sore itu Bunga masih terbaring di tempat tidur, ketika bu Santi datang ke rumahnya. “Wah ibu Santi kok repot-repot ke sini segala, Bunganya juga sudah baikan.” Kata ibu Bunga setelah mempersilahkan ibu Santi masuk. “Kebetulan habis ekskul bu,  jadi mampir sekalian.”  Jawab bu Santi sambil mengikuti ibu Bunga ke kamar Bunga. “Bagaimana Bunga ? sudah tidak demam.” Kata bu Santi memegang dahi Bunga. Bunga hanya tersenyum kecil. “Tinggal batuk pileknya ya ?” kata bu Santi lagi. Bunga mengangguk. Kurang lebih setengah jam kemudian bu Santipun berpamitan. “Sampai jumpa besok di sekolah ya Bunga, teman-teman di sekolah udah pada rindu lho sama Bunga.” Kata bu Santi dengan senyum yang ramah sambil merapikan selimut Bunga. “Terima kasih bu Santi.” Kata Bunga pelan. Ibu Bunga mengantar bu Santi ke halaman rumah.
          Pagi itu Bunga dengan penuh semangat mengkayuh sepedanya ke sekolah. Sesampai di sekolah Bunga langsung bergabung dengan teman-teman dan bercanda di bawah pohon mangga di depan kelas Bunga. Bel berbunyi, Bunga dan teman-temannya segera berbaris dan memasuki kelas satu per satu. Hari itu Bunga tidak melihat Rosa, Dewi, Jenny, dan Mutiara di kelas, tapi Bunga tahu mereka sedang latihan di gedung seni kabupaten untuk persiapan lomba nanti. Bunga sudah dapat menerima kenyataan bahwa memang Bunga masih harus berlatih lebih keras lagi.
           syahda.bmp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar