BUNGA DAN TARI TOPENG
Senyum
Bunga mekar ketika ibu Santi memasuki kelasnya. Ibu Santi adalah guru
ekstrakurikuler seni tari tradisional. Sekolah Bunga ditunjuk untuk mewakili
lomba seni tari tradisional di tingkat propinsi. Dan hari itu bu Santi akan
mengumumkan nama-nama anak yang akan di kirim ke lomba tersebut. Bunga suka sekali dengan tari tradisional,
maka Bunga selalu berlatih dengan serius pada saat ekskul seni tari tradisional
di sekolah. Bahkan hampir setiap hari Bungapun berlatih di rumah. Bunga sangat berharap dapat terpilih.
Senyum
Bunga semakin melebar ketika dengan lembut ibu Santi mulai menyebutkan
nama-nama anak yang di pilih. Satu per satu nama di sebut dan di sambut dengan
tepuk tangan dari teman-teman Bunga di kelasnya. Nama-nama itu adalah Rosa,
Jenny, Dewi, dan Mutiara. Nama Bunga tidak juga di sebut oleh bu Santi sampai
bu Santi meninggalkan kelas Bunga. Tubuh Bunga lunglai di atas kursinya,
mulutnya tak dapat berkata-kata dan matanyapun mulai berkaca-kaca. Hati Bunga
sedih dan kecewa sekali.
Rumah Bunga hanya 2 kilometer dari
sekolah, dan matahari tak begitu terik, tapi Bunga sudah kehilangan semangat.
Bunga mengayuh sepedanya dengan sangat pelan. Sesekali Bunga berhenti dan
mengusap air matanya, kemudian mengkayuh sepedanya dengan sisa-sisa tenaga yang
dimilikinya. Satu belokan lagi rumah Bunga yang bercat kuning gading dan di
penuhi tanaman itu akan kelihatan. Bunga langsung masuk kamarnya, duduk di
depan meja belajarnya, kemudian meraih cermin kecil dan memandangi wajahnya, Bunga menangis lagi. “Kenapa aku
tidak terpilih ?” desahnya. Bunga
mengucapkan kalimat itu berulang-ulang hingga ahkirnya Bungapun tertidur.
Sudah dua hari Bunga tidak masuk
sekolah, badannya deman, dan juga batuk pilek. Kata dokter Bunga terkena flu, jadi
harus banyak istirahat. Sore itu Bunga masih terbaring di tempat tidur, ketika
bu Santi datang ke rumahnya. “Wah ibu Santi kok repot-repot ke sini segala,
Bunganya juga sudah baikan.” Kata ibu Bunga setelah mempersilahkan ibu Santi
masuk. “Kebetulan habis ekskul bu, jadi
mampir sekalian.” Jawab bu Santi sambil
mengikuti ibu Bunga ke kamar Bunga. “Bagaimana Bunga ? sudah tidak demam.” Kata
bu Santi memegang dahi Bunga. Bunga hanya tersenyum kecil. “Tinggal batuk
pileknya ya ?” kata bu Santi lagi. Bunga mengangguk. Kurang lebih setengah jam
kemudian bu Santipun berpamitan. “Sampai jumpa besok di sekolah ya Bunga,
teman-teman di sekolah udah pada rindu lho sama Bunga.” Kata bu Santi dengan
senyum yang ramah sambil merapikan selimut Bunga. “Terima kasih bu Santi.” Kata
Bunga pelan. Ibu Bunga mengantar bu Santi ke halaman rumah.
Pagi itu Bunga dengan penuh semangat
mengkayuh sepedanya ke sekolah. Sesampai di sekolah Bunga langsung bergabung
dengan teman-teman dan bercanda di bawah pohon mangga di depan kelas Bunga. Bel
berbunyi, Bunga dan teman-temannya segera berbaris dan memasuki kelas satu per
satu. Hari itu Bunga tidak melihat Rosa, Dewi, Jenny, dan Mutiara di kelas,
tapi Bunga tahu mereka sedang latihan di gedung seni kabupaten untuk persiapan
lomba nanti. Bunga sudah dapat menerima kenyataan bahwa memang Bunga masih
harus berlatih lebih keras lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar